BANYUWANGI – Festival Kuwung yang sempat vakum selama 5 tahun, berhasil digelar kembali dengan menyuguhkan bentuk keharmonisan dalam kekayaan seni budaya Bumi Blambangan dan sukses memukau ribuan penonton. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang selalu diadakan di pusat kota Banyuwangi, kali ini pagelaran festival berlangsung di Kecamatan Genteng, tepatnya di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Maron pada Sabtu malam (07/12/2024).
Dengan mengusung tema “Peningset Cindhe Sutro” yang berarti merajut persatuan dalam keberagaman, yang bertujuan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga keharmonisan dalam perbedaan dan bekerja sama dalam membangun Banyuwangi yang lebih maju terutama dalam hal literasi budaya. Makna dari tema ini tercermin dalam berbagai kegiatan yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat dan pelaku seni budaya.
“Festival Kuwung kali ini merupakan simbol kebangkitan seni dan budaya lokal yang sarat akan makna, mari kita jaga selalu semangat dalam keberagaman ini, ” ungkap Taufik Rohman, Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi dalam sambutannya, Sabtu (7/12/2024) malam.
Peningset Cindhe Sutro tidak hanya sekadar motif dan desain tradisional, tetapi juga mencerminkan keterkaitan erat antara manusia, alam, dan Tuhan. Keindahan dan kerumitan desain Peningset Cindhe Sutro menjadi simbol penghargaan terhadap warisan budaya Banyuwangi yang luar biasa. Setelah terakhir kali digelar pada tahun 2019 lalu, Festival Kuwung kali ini kembali diselenggarakan dengan konsep segar dan di lokasi yang baru.
Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB), Hasan Basri, mengapresiasi terselenggaranya Festival Kuwung tahun ini. Selain sebagai ajang hiburan, acara ini juga berfungsi untuk melestarikan dan mempromosikan keragaman seni tradisional sebagai daya tarik wisata, yang semakin memperkuat citra Banyuwangi sebagai destinasi budaya.
"Kami sangat bangga dan mengapresiasi terselenggaranya Festival Kuwung tahun ini. Ini merupakan bentuk pelestarian budaya yang sangat penting. Antusias warga juga luar biasa sepanjang rute, ujar Hasan. (***)
Baca juga:
Asal Usul Suku Kampai Minangkabau
|